Ketika sahabat menjadi pengkhianat
Tinggal menghitung hari, UN
pertama akan aku hadapi. Tepatnya UN waktu SD. Namaku Putri Adelia, aku
mempunyai sahabat baik yaitu Nita, Lisa dan Nasya. Lisa dan Nasya adalah
saudara kembar. Rencananya kami akan melanjutkan ke SMPN Favorit.
Ujian pun ku jalani selama 3 hari… Detik-detik pengumuman
kelulusan pun datang. Semua murid kelas 6 tegang, dan akhirnyaaa… semua murid
lulus “Alhamdulillah” ucapku bersyukur.
Sebagian
besar teman-temanku melanjutkan sekolah ke SMPN Favorit. Masa orientasi
kujalani selama 5 hari. Hari pertama di sekolah pun ku mulai, ketika aku masuk
kelas, ternyata Nita, Lisa, Nasya sudah ada di dalam kelas. “hay Put!!” sapa
Lisa “hay Lis!!” jawab ku, “oh ya, ngomong-ngomiong aku duduk dimana?” tambah
ku, “duduk samping aku aja, lagian Lisa sama Nasya udah duduk sebangku.” Jawab
Lisa, “iya Put” kata Lisa dan Nasya, “oke deh” kata ku.
Sekarang
aku bukan kelas 6 lagi, aku sudah kelas 7, tepatnya kelas 7C, di dalam 7C
terdapat 36 anak, tidak semua yang ada di kelas 7C berasal dari sekolah asalku,
tapi banyak juga yang dari sekolah lain, berkat itu, aku mempunyai teman baru,
tapi aku dan ketiga sahabat ku lebih dekat dengan Aya, Gina dan Intan.
Detik
berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, tak terasa sudah 3 bulan
aku di sekolah ini. Satu minggu lagi menjelang UTS, segala sesuatu telah aku
siapkan. Hari Senin, setelah pulang sekolah aku punya janji dengan Nita, untuk
mempersiapkan UTS. setelah ku tunggu 10 menit Nita datang “maaf ya Put, aku
telat…” ucapnya meminta maaf, “nggak apa-apa kok Nit..!!” kataku, “yuk masuk”
ajakku, “oke”
Aku dan Nita menuju kamarku, sesampainya di kamarku “memang Lisa sama Nasya gak kesini juga?” tanyanya, “enggak, katanya sih mau ke mall, nyari hawa” “terus kenapa kamu nggak ikut?” “males jalan, capek nggak punya duit juga hahaha” gimana kalau ntar aku traktir kamu?” “oke, aku mau! Tapi setelah belajar” aku dan Nita langsung belajar dengan semangat. Aku dan Nita sama-sama menyukai pelajaran matematika.
Aku dan Nita menuju kamarku, sesampainya di kamarku “memang Lisa sama Nasya gak kesini juga?” tanyanya, “enggak, katanya sih mau ke mall, nyari hawa” “terus kenapa kamu nggak ikut?” “males jalan, capek nggak punya duit juga hahaha” gimana kalau ntar aku traktir kamu?” “oke, aku mau! Tapi setelah belajar” aku dan Nita langsung belajar dengan semangat. Aku dan Nita sama-sama menyukai pelajaran matematika.
Tak terasa
sudah satu setengah jam aku belajar “yuk Put!!” ajak Nita, “yuk, tapi aku ganti
baju dulu ya” “ok” jawab Nita. Setelah 5 menit aku pun selesai ganti baju. Aku
dan Nita langsung meluncur ke salah satu mall di kotaku, tempat tak begitu jauh
dari rumahku. Kira-kira 15 menit taxi yang kami tumpangi akhirnya sampai di
mall Ciputra. “kita mau belanja dulu atau mau makan dulu?” tanyaku, “makan dulu
aja deh..!! aku laper ntar baru shopping” jawabnya, “ok deh” yaah memang kami
begitu, satu sama lain saling menraktir. Hehehe.
Kami
menuju ke salah satu resto. Kami duduk di meja no. 6 bersama Nita, “selamat
sore.. mau pesan apa mbak?” ucap pelayan dengan senyum ramah. “aku pesen milk
tea sama sosis BBQ aja deh mbak” ujar Nita pada pelayan tersebut, “kalau aku
sama aja deh, tapi minumnya orange juice”, “baik, saya ulangi ya mbak sosis BBQ
2, milk tea 1, orange juice 1″ ulang pelayan tersebut tunggu 15 menit mbak,
nanti kalau ada yang ditambahkan panggil saya aja mbak, terimakasih..” ucapnya
dan segera meninggalkan meja kami, “Put, bukannya itu Lisa dan Nasya?” “mana?”
tanyaku bingung “itu, tepat di depan kita” “itu, mereka mau kesini” ucap Nita,
“gak pa pa, biarin aja,”
Tapi
tiba-tiba mereka mengurunkan niatnya untuk makan karena lihat aku dan Nita
sedang makan. Apa yang salah? Kenapa? Aku tak tahu, entahlah, aku bingung dan
tiba-tiba nafsu makanku hilang “kamu kenapa Put?” “gak kenapa-napa kok” jawabku
dengan nada tertekan.
Setelah
makan, kami menuju ke salah satu butik di sana. Nita memilih-milih baju untuk
kami berdua “bagus nggak?” “bagus kok” jawabku. “mbak ini dong, 2 ya” “iya
mbak” jawab salah satu pelayan. Nita langsung menuju ke kasir dan membayar
kedua baju tersebut.
Keesokan
harinya aku berangkat dari rumah 06.30. Sesampainya di sekolahan aku menuju ke
kerumunan anak di mading. “ooohhh, pembagian ruang” batinku dalam hati, dan
langsung melihat namaku ‘Ruang 2’. “kamu ruang berapa Put?” suara Nita
mengagetkanku, “aku ruang 2, kamu” “waah, sama dong”, ntar pulang sekolah main
ke rumahku yukk!” ajak Nita, “oke”.
Aku dan
Nita langsung masuk kelas. Sesampainya di kelas, Pak Susilo menyampaikan
beberapa hal ke kami dan pembagian kartu UTS. “aku kok ngerasa nggak enak sama
Nasya dan Lisa?” pikirku, bel pulang berdering, aku segera menghampiri Nasya
dan Lisa, “kalian kenapa sih, kok sinis sama aku?” mereka berdua tak menjawab
pertanyaanku dan langsung pergi meninggalkan ku. Aku dan Nita meluncur ke rumah
Nita. Seperti biasa, jika UTS aku selalu belajar 3 kali sehari.
Setelah
satu minggu UTS aku hadapi, tak pernah sekali pun aku berbincang-bincang dengan
Lisa dan Nasya. Aku ngerasa mereka menjauh dariku. Hari selanjutnya, ku awali
dengan senyuman, berharap hariku seindah senyumanku. Hari-hari di sekolah ku
jalani seperti biasanya. Pulang sekolah, aku langsung menuju ke kamar
kesayangan ku untuk beristirahat. Tiba-tiba, aku dengar suara “sepertinya ada
orang yang bertengkar di ruang tengah” gumamku. Aku memutuskan untuk keluar
kamar dan menuju ke ruang tengah. Ternyata kedua orangtuaku sedang bertengkar.
Aku hanya diam melihat kedua orangtuaku, seakan-akan semua anggota badanku tak
bisa digerakkan. Aku tak tahu sebab mereka bertengkar “Ya Allah, cobaan apa
yang engkau berikan kepadaku?”
Keesokan
harinya, aku berangkat sekolah seperti biasanya. Aku ingin menceritakan
semuanya kepada Nita, tapi kelihatannya Nita lagi sibuk mempersiapakan UTS
susulan, karena dia sempat sakit waktu UTS. Aku mencoba untuk dekat lagi sama
Lisa dan Nasya, tapi mereka tetap saja menjauh dariku, batinku berbicara “apa
salahku? apa? kenapa mereka menjauhiku?” aku memikirkan hal itu terus-menerus,
padahal dulu kita bersahabat dengan baik, kenapa sekarang jadi begini?”
Hari-hari
ku lewati dengan kesedihan, karena sifatku yang sekarang yang menyendiri karena
masalahku, Nita lama-lama juga menjauhiku, aku semakin bingung. Sekarang Nita
malah bersahabat dengan Gina. Yaa… Gina adalah teman sekelasku. Aku terus
berfikir “apa salahku?” 2 hari yang lalu, Nasya dan Lisa pindah sekolah. Aku
pun tak tau, mereka pindah kemana dan tak tau kenapa mereka pindah, mungkin
ayah mereka pindah keluar kota karena suatu pekerjaan.
Keesokan
hari di sekolah, “hai Nit!” sapaku, “hai” jawab Nita sinis, aku mencoba tetap
tersenyum walau hati ini menangis “kamu mau kemana?” tanyaku basa-basi, “mau
masuk kelas” jawabnya sambil meninggalkanku. Aku menyusul Nita untuk masuk
kelas dan menghampiri Nita, “Nit, kamu kenapa? Kelihatannya sekarang kamu
menjauhiku” tanyaku pada Nita, “enggak kenapa-kenapa kok” jawabnya cuek, aku
tak bisa berkata apa-apa lagi, aku hanya diam mematung. Nita pun
meninggalkanku.
Dari
pelajaran pertama sampai pelajaran terakhir, tak ada satu pun pelajaran yang
aku perhatikan, dan pada pelajaran terakhir, “Putri…!! Coba ulangi apa yang
tadi ibu jelaskan!” ucap ibu Nada(guru fisika) mengagetkanku “haaa? Apa bu?”
Tanyaku kaget “ulangi apa yang ibu jelaskan tadi!!” “saya belum faham buu…”
kata ku malu, “Makanya, kalau dijelaskan, jangan ngelamun terus..” “Iyaa Bu..”.
Tteeettt… tteeett.. Bel sekolah pun berbunyi, pertanda sekolah telah usai.
Biasanya, aku pulang ndengan Nita, sekarang aku pulang sendirian, dan Nita
pulang bersama Gina. “Hai Put..?” Sapa Aya dan Nita, “Oh, Hai..” jawabku kaget,
“Kamu tadi kenapa kok ngelamun di kelas..?” “Aku hanya ada sedikit masalah”
kata ku, “Masalah apa?” Tanya Aya, “Kapan-kapan aku ceritain..” “Ok deh kalau
begitu” Ucap Aya dan Intan bersamaan. Aku, Aya dan Intan, pulang bersamaan.
Pulang
sekolah, aku langsung ke kamar, aku tak melihat kedua orangtua ku di rumah. Aku
tak memikirkannya, aku langsung ke kamar untuk belajar, karena besok jadwal
untuk remidi UTS, aku takut nilai ku di bawah KKM.
Hari pun
sudah berganti, aku bersiap-siap untuk ke sekolah. Tokk.. Tookk.. Toookkk…
“Seperti ada yang mengetuk pintu” kata ku, Aku langsung ke depan dan melihat
siapa yang datang. Ternyata Aya dan Intan yang datang. “Pagi Putri..!!” Sapa
mereka, “Pagi..” Balas ku, “Berangkat bareng yuk..” Ajak Aya, “Ayo..”. Aku
sengaja tak makan di rumah, selama beberapa hari saat orangtua ku mulai
bertengkar. Aku hanya makan jajan-jajan yang ada di kantin sekolah.
Sesampainya
di sekolahan, aku langsung masuk kelas dan melihat semua teman sekelas ku
mengerubungi Mading kelas, “Ada apa ini..?” Tanya ku pada Intan dan Aya,
“mungkin ada nilai UTS kemaren” Jawab Intan, “Ayo kita lihat!” Ajak Aya. Dan ku
lihat nama ku, ADELIA PUTRI. “Astaghfirullahal Adzim..” “Ada apa Put..?” “Nilai
ku banyak yang di bawah KKM..” jawab ku sedih, “sabar Put, Kamu jalani aja
dengan ikhlas, pasti kamu bisa..” Kata Aya menyemangati ku, Aku hanya tersenyum
kecil. Ternyata, bayangan ku kemarin kalau nilai ku banyak yang di bawah KKM
ternyata benar. Selama ini aku nggak pernah mendapatkan nilai yang sejelek ini.
Untungnya, kemarin aku belajar, jadi remidi dengan 4 pelajaran, hanya ku jalani
dengan waktu setengah hari.
“Putri..!!”
Panggil Aya, “Apa Ya..?” “Kamu udah remidi?” Tanyanya, “Udah” “kita ke kantin
yuk..!” Ajak Intan, “Ayo, Oh iya, kalian lihat Gina nggak?” Tanya ku sambil
berjalan ke kantin, “lihat..!!” jawab mereka, “Dia tadi sama siapa?”, “Sama
Gina”, “Ujar Intan”. Aku langsung menunduk dan sedih, tapi Aya dan Intan selalu
menghibur ku.
Sesampainya
di kantin, semua anak yang di kantin melihat ku, Aku bingung, lalu, aku
bertanya pada Intan dan Aya, “kenapa semua melihat aku..?” “kita nggak tau..”
jawab mereka. Salah satu dari mereka (yang melihat aku) berkata “Hei
Putri..!!!! Anak kurang kasih sayang!!! Kasih sayang hanya berupa uang!!
Orangtua selalu bertengkar!!! Kasian banget sih, hidup loe..!!” mendengar hal
itu, aku tak kuasa membendung air mata ini, dan air mata ku jatuh menetes
membasahi pipi ku, “sabar Put.. Kamu pasti kuat menghadapi hal ini” Suara Intan
yang bermaksud untuk menyemangati ku, “Iya Tan..” Ucap ku sambil meneteskan air
mata, “Kira-kira siapa yang memberitahu mereka siapa yaa Put..?” “Aku tak tahu,
yang ku tahu, aku bercerita tentang hal ini hanya kepada Nita.” “Apa? Nita?!,
bukannya Nita teman baik mu?” Tanya Aya, “Memang sih, tapi akhir-akhir ini
sedang menjauhi ku..” jawabku dengan nada sedih
Tak
terasa, bel pulang sekolah berbunyi. Aku bergegas pulang ke rumah. Sesampainya
di rumah, aku menaruh kertas hasil UTS ku di meja ruang tengah, agar orangtua
ku melihat semua hasil UTSku yang di bawah KKM. Aku langsung menuju ke kamar
mungilku. Rasanya badanku terasa nggak enak, aku memutuskan untuk tidur. Bangun
tidur, aku melihat ke-2 orangtuaku di hadapanku. “Putri udah bangun?” Tanya
ibuku, “udah Bu!” “Putri kok kelihatannya pucat?” tanya ayah, “masa sih yah?
Putri rasa, putri baik-baik aja kok”. Ibu memegang dahiku dan katanya badan ku
panas. “ibu, ayah putri mohon ibu dan ayah jangan bertengkar lagi” pintaku “iya
Put, tapi kamu harus ke dokter ya!” aku hanya mengangguk.
Setelah ke
dokter, ayah dan ibuku baikan, aku seneng banget, walau masalah dengan
sahabatku belum selesai, tapi aku sudah sangat bersyukur.
Aku sempat
tak masuk sekolah 2 hari, kring kring… hpku berbunyi, pertanda ada sms,
ternyata sms dari intan “hai putt…! Kamu sakit apa? Nanti pulang sekolah aku ke
rumahmu ya?” “aku Cuma sakit panas kok! Boleh, ku tunggu ya” balasku “oke put…”
Tak terasa
udah jam 2 dan bentar lagi intan ke rumahku. Tok tok tok… “masuk…” kataku, dan
yang datang ternyata Intan dan Aya. “mana Nita?” “Nita tadi udah pulang duluan,
katanya sih mau shoping sama Gina” “oooh” jawabku singkat “oh ya kalian udah
tau siapa yang nyebar berita kemarin?” “ternyata yang nyebar berita itu Nita
Put..” aku tak bisa menjawab, aku terdiam sejenak “Putriii…!!!” “hah? Ada apa?”
jawabku kaget “gak papa kok”. Setelah kami berbincang bincang cukup lama, Aya
dan Intan pun berpamitan untuk pulang “kita pulang dulu ya Put” “oh ya Tan”
Hari
selanjutnya, aku sudah merasa sehat, dan aku pun memutuskan untuk sekolah juga
bermaksud untuk membicarakan tentang hal kemarin pada Nita. Sesampainya di
sekolahan “Nita” “apa?” “maksud kamu apa? Nyebarin aibku? Selama ini aku udah
percaya sama kamu, sekarang kamu malah khianatin aku!! Apa salahku? Aku kira
kamu sahabat yang baik” ucapku sambil menahan tangis “kamu yang salah, dulu
kamu lebih suka menyendiri, kamu egois Put!” “aku menyendiri karena aku punya
masalah!” “kalau kamu punya masalah, kenapa gak cerita sama aku?” “aku takut
kamu ikut kepikiran tentang masalahku dulu” jawabku sambil lari ke kamar mandi,
aku menangis di kamar mandi.
Teeettt…
Teeettt.. Bel masuk kelas berbunyi. Aku langsung masuk kelas dengan mata
sembab. Beberapa pelajaran telah berlalu, dan waktunya pulang. Kali ini aku
pulang bersama Intan dan Aya “Putri yang sabar yaa…” ucap Aya “kami mau kok
jadi sahabat kamu, kami nggak akan nyakitin kamu” kata Intan, “iya Puttt…”
tambah Aya “janji! Sahabat untuk selamanya” kataku dengan senyuman “janji
Puttt” ujar Intan, “nahhh… Gitu donk senyum” tambah Aya.
Sekaranng
aku akan lebih berhati hati dengan sahabat sahabatku, aku tak mau hal yang sama
terulang lagi. Aku, Intan dan Aya sekarang menjadi sahabat baik. Gina dan Nita
juga sudah berteman, Nasya dan Lisa di luar kota, mungkin mereka juga sudah
punya sahabat sendiri, aku tak mau mengganggu persahabatan Nita dan Gina,
walaupun hatiku sakit kalau melihat mereka sedang bermain bersama. Sahabat
bukan mereka yang menghampirimu ketika butuh, namun mereka yang tetap bersamamu
ketika seluruh dunia menjauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar